Sabtu, Mei 08, 2010

Musuh terbesar bagi kita adalah Diri Kita Sendiri

Kadangkala kita merasa bahwa diri kita jahat sekali namun kita sendiri tidak dapat menghentikan kejahatan itu. Itu menandakan, betapa jahatnya diri kita. Lalu, bagaimana kah cara melawan atau mengendalikan diri kita sendiri??
Mengendalikan diri termasuk mengendalikan ego, mengendalikan hawa nafsu, mengendalikan emosi, mengendalikan rasa iri, mengendalikan kemalasan, mengendalikan rasio, dan banyak lagi lainnya.

Mengendalikan diri juga termasuk tidak memikirkan keuntungan diri sendiri, tidak membeli sesuatu hanya karena kesenangan dan keinginan semata, tidak mengeluh dan marah - marah tak jelas saat segalanya berjalan buruk, tidak takut salah dan kalah, tidak mengundur - undur segala hal yang harus diselesaikan sekarang, tidak terlambat saat janji, tidak moody, dan lainnya.
Belum disebut semua saja, saya sudah menahan nafas karena rasanya di kepala saya terdengar suara.."itu semua kekurangan yg disebutin...., gue banget..." :)

Mengendalikan diri saya katakan sebagai hal tersulit, karena lawan yang dihadapi adalah diri sendiri.
Apakah kita akan mampu mengalahkan semua ego dan sifat buruk yang mendegradasi kemampuan kita, atau justru terbawa arus yang akhirnya akan menghancurkan semua sikap positif yang telah di bangun bertahun - tahun.

Sebagaimana kita ketahui, memandang gajah di seberang sangatlah mudah, tapi memandang semut di pelupuk mata sangatlah sulit. Maka begitu juga yang terjadi, saat memandang dan mencari kesalahan orang lain adalah mudah, tapi melihat kesalahan dan kekurangan diri sendiri adalah sulit.
Tanpa pengenalan kemampuan serta kekurangan diri yang benar, saya yakin kita tidak akan bisa mengendalikan diri sendiri.

Biasanya pengendalian diri yang tersulit justru saat posisi kita sedang nyaman.
Segalanya ada di tangan, dan semuanya hampir tercapai. Ibaratnya tinggal satu sentuhan terakhir.
Mengapa? Karena cenderungnya saat segalanya berada dalam kendali kita, maka kita merasa berkuasa dan merasa semua yang kita putuskan akan menjadi benar.
Dan ibaratnya sedang bermain Uno Sticko (betul tidak ya tulisannya?), satu langkah salah, maka semua susunan akan rubuh tak bersisa.
Tanpa pengendalian diri yang kuat, tidak akan ada keputusan akhir yang bijaksana, taktis, dan sukses.
Mungkin untuk lebih pastinya, tanpa membiasakan diri dengan pengendalian diri yang kuat, tidak akan ada refleks untuk membuat keputusan dan bertindak penuh kebijaksanaan, taktis, dan sukses.

Mengapa saya menggunakan kata 'membiasakan diri' sebelum 'pengendalian diri'?
Karena sangat perlu untuk membiasakan diri untuk menciptakan refleks tersebut pada saat - saat yang menentukan. Sebagaimana kita ketahui, 90% saat yang menentukan, datang tiba - tiba dan tanpa aba - aba.
Hanya satu kali, dan setelah itu berlalu, maka lewat dan selesailah sudah. Kita sukses atau gagal.
Kita semua juga tahu, tidak ada gunanya menyesali yang sudah terjadi. Maka jauh lebih penting untuk mempersiapkan apa yang belum dan akan terjadi. Itulah di mana fungsi membiasakan untuk menciptakan refleks itu diperlukan.

Pengendalian diri tanpa membiasakan diri adalah sama seperti orang sakit flu yang pantang makan ice cream. Begitu sakitnya hilang, ia lupa, dan makan ice cream lagi banyak - banyak.
Kesalahan yang sama memiliki tingkat persentase yang lebih tinggi untuk terulang kembali. Begitu juga dengan ketidaksuksesan dan kegagalan.
Sedangkan orang yang terbiasa mengendalikan diri adalah orang yang mengetahui takaran secara refleks kapan, di mana, dan seberapa banyak ice cream yang bolek ia nikmati. (Ia nikmati, bukan ia makan)
Kesalahan dan ketidaksuksesan memiliki persentase yang sangat kecil hingga tidak mungkin, untuk bisa terulang lagi.

Dan satu yang pasti, percaya atau tidak percaya, dengan membiasakan untuk mengendalikan diri, maka kita telah mengerjakan separuh dari usaha, kerja keras, disiplin diri, dedikasi, profesionalisme, dan integritas diri yang diperlukan untuk mencapai sebuah kesuksesan.
Tentu saja kesuksesan yang saya maksud adalah sukses dalam segala bidang termasuk usaha dan pekerjaan, hubungan antar manusia, dan yang paling berarti, yaitu: hidup.

Orang yang tahu takkan lebih baik dari orang yang mengerti.
Orang yang mengerti takkan lebih baik dari orang menghayati.
Orang yang menghayati takkan lebih baik dari orang yang terbiasa.
Bisa karena terbiasa.
Dan terbiasa karena bisa."

"Dengan terbiasa untuk mengendalikan diri, kamu ibarat seseorang yang terbiasa mengendarai kendaraan.
Hanya perlu memikirkan hendak pergi ke mana, bukan sibuk memikirkan bagaimana cara mengendarai kendaraan yang kamu naiki."


sumber: http://viliaciputra.multiply.com/journal/item/956
Read Comments

Pengaruh Sri Mulyani Terhadap Kenaikan Dollar

Lembaga pemeringkat asing mulai mencermati dampak pengunduran Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan. Padahal beberapa waktu lalu, Indonesia baru saja naik peringkatnya dan tinggal selangkah ke investment grande.

"Kemarin saya juga sempat bertemu dengan lembaga rating Moody's dan S&P, mereka juga menyuarakan bahwa ada kekhawatiran investor terhadap pengunduran Sri Mulyani Indrawati," tegas Dirjen Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto di Gedung Menko Perekonomian, Jalan Wahidin, Jakarta, Kamis (6/5/2010).

Untuk itu, Rahmat mengharapkan kondisi yang sangat mempengaruhi peringkat Indonesia seperti situasi politik dalam negeri harus dapat dikelola dengan baik oleh para pelaku politik dalam negeri.

"Penilaian rating agency juga akan berpengaruh, oleh sebab itu maka dalam situasi kevakuman atau kekosongan Menteri Keuangan kita akan berusaha menjaga agar persepsi risiko tadi tidak goyang," tandasnya.

Sri Mulyani akan segera mengundurkan diri sebagai Menkeu untuk menjadi Managing Director di Bank Dunia per 1 Juni 2010. Bank Dunia memilih Sri Mulyani setelah melakukan pencarian secara internasional, karena melihat sosoknya sebagai orang yang cukup berhasil menggawangi perekonomian Indonesia melewati krisis.

Pengunduran diri Sri Mulyani langsung direspons negatif oleh pasar saham. IHSG dan nilai tukar rupiah langsung terpuruk. Pada perdagangan Kamis (6/5/2010) sesi, IHSG ditutup anjlok 60,146 poin (2,11%) ke level 2.786,093. Sementara rupiah terpuruk ke 9.225 per dolar AS, meski sudah ditahan oleh Bank Indonesia.

Rahmat juga mengungkapkan, pengunduran diri Sri Mulyani telah menaikkan persepsi risiko Indonesia. Hal itu memicu kenaikan imbal hasil surat utang Indonesia hingga 30 bps dalam jangka waktu setengah hari saja.

"Kemarin dalam waktu setengah hari ada kenaikan yield surat utang hingga 30 bps. Padahal biasanya dalam sehari kenaikan yield maksimal hanya 5 bps," imbuhnya.

Credit Default Swap (CDS) yang merupakan tingkat risiko gagal bayar utang juga mengalami kenaikan yang signifikan.

"CDS Indonesia itu naik hingga 200-203 bps jika pada minggu kemarin hanya sebesar 153 bps," ungkap Rahmat.
Read Comments