Sabtu, Mei 08, 2010

Pengaruh Sri Mulyani Terhadap Kenaikan Dollar

Lembaga pemeringkat asing mulai mencermati dampak pengunduran Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan. Padahal beberapa waktu lalu, Indonesia baru saja naik peringkatnya dan tinggal selangkah ke investment grande.

"Kemarin saya juga sempat bertemu dengan lembaga rating Moody's dan S&P, mereka juga menyuarakan bahwa ada kekhawatiran investor terhadap pengunduran Sri Mulyani Indrawati," tegas Dirjen Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto di Gedung Menko Perekonomian, Jalan Wahidin, Jakarta, Kamis (6/5/2010).

Untuk itu, Rahmat mengharapkan kondisi yang sangat mempengaruhi peringkat Indonesia seperti situasi politik dalam negeri harus dapat dikelola dengan baik oleh para pelaku politik dalam negeri.

"Penilaian rating agency juga akan berpengaruh, oleh sebab itu maka dalam situasi kevakuman atau kekosongan Menteri Keuangan kita akan berusaha menjaga agar persepsi risiko tadi tidak goyang," tandasnya.

Sri Mulyani akan segera mengundurkan diri sebagai Menkeu untuk menjadi Managing Director di Bank Dunia per 1 Juni 2010. Bank Dunia memilih Sri Mulyani setelah melakukan pencarian secara internasional, karena melihat sosoknya sebagai orang yang cukup berhasil menggawangi perekonomian Indonesia melewati krisis.

Pengunduran diri Sri Mulyani langsung direspons negatif oleh pasar saham. IHSG dan nilai tukar rupiah langsung terpuruk. Pada perdagangan Kamis (6/5/2010) sesi, IHSG ditutup anjlok 60,146 poin (2,11%) ke level 2.786,093. Sementara rupiah terpuruk ke 9.225 per dolar AS, meski sudah ditahan oleh Bank Indonesia.

Rahmat juga mengungkapkan, pengunduran diri Sri Mulyani telah menaikkan persepsi risiko Indonesia. Hal itu memicu kenaikan imbal hasil surat utang Indonesia hingga 30 bps dalam jangka waktu setengah hari saja.

"Kemarin dalam waktu setengah hari ada kenaikan yield surat utang hingga 30 bps. Padahal biasanya dalam sehari kenaikan yield maksimal hanya 5 bps," imbuhnya.

Credit Default Swap (CDS) yang merupakan tingkat risiko gagal bayar utang juga mengalami kenaikan yang signifikan.

"CDS Indonesia itu naik hingga 200-203 bps jika pada minggu kemarin hanya sebesar 153 bps," ungkap Rahmat.

0 komentar:

Posting Komentar